Adaptasi K-13, Maarif NU genjot pelatihan Saintifik dan Penilaian

Semarang, Guna meningkatkan kinerja tenaga pendidik, LP Maarif NU Cabang Kabupaten Semarang menggelar pelatihan saintifik dan penilaian. Hal itu dilakukan sebagai bentuk antisipasi dan penyesuaian kurikulum 2013. Untuk mencerdaskan guru binaanya, Maarif NU setempat sengaja menggandeng narasumber dari Balai Diklat Keagamaan Semarang.

Adapun pelatihan pendekatan saintifik dan penilaian merupakan bahan ajar dalam memahami implementasi kurikulum 2013 (K-13). Ia menambahkan, pendekatan saintifik bertujuan untuk membiasakan anak berfikir logis serta keteraturan dalam memecahkan masalah dan melakukan penilaian autentik.

“Semoga pelatihan ini dapat membantu semua pihak dalam mengimplementasikan kurikulum 2013.” Suharsini dalam sambutan Ketua KKGMI Kabupaten Semarang. Beliau menambahkan tujuan lain dari pelatihan itu agar memudahkan guru dalam proses penilaian, Disamping itu, usai pelatihan akan diberikan softwer aplikasi penilaian dalam bentuk exel. Hal itu dikarenakan ada perbedaan dalam pengisian raport pada K-13 dan kurikulum sebelumnya yang masih menggunakan angka dalam penilaian.

“K13 ini menggunakan raport dalam bentuk diskripsi, maka kita usahakan aplikasi pendukugnya” terang dia penuh optimis. Sementara itu, Agus MJ, salah satu Tutor Balai Diklat Keagamaan mengunggkapkan K13 mengalami perubahan 4 (empat) elemen, yakni kompetensi lulusan , standar isi, standar proses , dan standar penilaian.

Ditambahkannya, salah satu cara untuk mencapai standar kompetensi lulusan, proses pembelajaran saintifik harus menggunakan 5 prinsip. Yakni, Berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreatifitas peserta didik, menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang.

Selanjutnya, bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika serta menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan method.

”Pembelajaran di kelas harus menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna sehingga tercapai kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun social yang akan membentuk karakter siswa dan pembelajaran tidak langsung untuk mencapai kompetensi pengetahuan dan ketrampilan“ ungkap dia disela – sela memberikan materi (nafian)